Choose another site

Unblocked blog travel




Tuesday, September 18, 2018

Mengapa Traveloka bisa menjadi startup unicorn pertama di Indonesia

Setahun berlalu sejak bencana melanda industri travel di Asia khususnya yang menyediakan jasa pemesanan tiket pesawat. Walau demikian, kondisi geografis yang beragam membuat Asia menjadi pasar perjalanan udara terbesar, dengan pertumbuhan paling cepat, dan sekaligus menjadi pasar paling kompetitif.
Bulan Oktober tahun lalu, International Airline Travel Association mengatakan bahwa pada tahun 2034, China, India, dan Indonesia akan menjadi tiga dari lima pasar yang mengalami pertumbuhan paling cepat dalam hal jumlah penumpang pesawat udara setiap tahunnya. Pada saat itu, jumlah penumpang baru di China akan mencapai 856 juta, di India akan ada lebih dari 266 juta, dan Indonesia 183 juta penumpang. Angka tersebut tentunya menunjukkan betapa besarnya potensi bagi startup teknologi.
Hingga kini, di Indonesia belum ada startup lokal yang berhasil mencapai tahap unicorn. Salah satu yang bisa dibilang mencapai tahap tersebut adalah Tokopedia, dengan asumsi investasi Rp1,2 triliun yang diperoleh dari Sequoia Capital dan Softbank ditukar dengan lebih dari 10 persen stok saham perusahaan. Tapi sayangnya, persentase kepemilikan perusahaan tersebut belum ditawarkan ke publik, dan CEO William Tanuwijaya menyatakan bahwa dirinya tidak terlalu memikirkan raihan gelar unicorn.
Sejauh ini, kami baru melihat sejumlah perusahaan yang mengkonfirmasi telah memiliki valuasi hingga triliunan Rupiah datang dari ChinaIndia, dan Jepang. Sedangkan di Asia Tenggara pasar negara berkembang seperti Filipina, Thailand, dan Indonesia, terbilang berjalan lambat karena pasar yang belum siap.
Akan tetapi mungkin kita sudah bisa melihat cepat atau lambat akan ada gebrakan dari negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu perusahaan yang bisa dibilang kandidat kuat untuk menjadi unicorn adalah situs pemesanan tiket pesawat dan hotel Traveloka.
Traveloka-logo

Pengaturan lalu lintas udara berbasis jaringan

Dalam beberapa tahun terakhir, comScore, sebuah perusahaan yang menyediakan data dan analisis pasar asal Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa Traveloka berada di peringkat pertama untuk layanan pencarian dan pemesanan tiket pesawat, di luar situs resmi tiap maskapai. Lanskap agensi travel online di Indonesia memang bisa dibilang masih relatif kecil. Namun, pertumbuhan terus terjadi, karena 10 persen dari total penjualan tiket pesawat pada tahun 2013 dilakukan secara online.
Di tahun yang sama, total pendapatan dari pemesanan travel di Indonesia mencapai USD10,5 miliar (Rp136 triliun), menurut sebuah laporan studi dari Phocuswright yang berjudul Indonesia Online Travel Overview: Arrived With a Bang, Brace for the Boom. Menyinggung tentang gambaran industri travel, Euromonitor mengatakan bahwa pertumbuhan pengguna aplikasi mobile dan jumlah pelanggan paket data internet juga menjadi penyebab pesatnya penetrasi transaksi mobile, yang mana juga dimanfaatkan oleh situs pemesanan tiket pesawat seperti Traveloka, kompetitor terdekatanya Tiket, dan pemain lain seperti PegiPegi dan Wego.
Ferry Unardi, Co-Founder dan CEO Traveloka mengatakan bahwa perusahaannya sekarang memiliki lebih dari 270 karyawan, meningkat dari 120 karyawan pada bulan September tahun lalu. Pada bulan Maret, SimilarWeb mencatat bahwa jumlah pengunjung yang mengakses Traveloka melalui desktop diestimasi mencapai 3,95 juta kunjungan. Sebuah angka yang sangat impresif, tapi masih kalah jauh dengan estimasi seharusnya pada bulan Desember — saat perjalanan penerbangan sedang ramai-ramainya — yang mana ada sekitar 5,45 juta pengguna yang mengakses melalui desktop. Sebaliknya, kompetitor terdekat Traveloka, yaitu Tiket hanya memperoleh sekitar 1,95 juta kunjungan melalui desktop pada bulan yang sama.
Kembali ke bulan November, Traveloka mengklaim bahwa ia memperoleh sekitar 250.000 kunjungan setiap hari. Apabila data itu memang benar, artinya jumlah pengunjung Traveloka yang mengakses melalui desktop dan mobile bisa mencapai 7,5 juta kunjungan setiap bulan.
SimilarWeb 700x400
Sebagai tolak ukur, sebuah situs tiket elektronik asal China, Qunar, memiliki sekitar 218 juta pengguna terdaftar dari desktop dan mobile yang berhasil IPO dan memperoleh sekitar Rp2,1 triliun.
Baca juga: Kumpulan startup penyedia paket travel di Indonesia

Kondisi dan waktu yang tepat

Traveloka diluncurkan pada tahun 2012. Kami sempat menulis kisah inspiratif dari Ferry dalam memulai startup, tapi mungkin kami tidak mengulas lebih dalam tentang bagaimana Traveloka memanfaatkan momen yang tepat untuk meluncurkan layanan pemesanan tiket pesawat di Indonesia.
Pada tahun 2013, di tanah air terjadi ledakan bisnis travel. Saat itu, pendapatan ekonomi nasional mencapai USD1 triliun (Rp13 kuadriliun), dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6 persen. Di tahun yang sama, maskapai lokal Lion Air mengeluarkan dana USD46 miliar (Rp598 miliar) untuk membeli 464 pesawat baru.
Berdasarkan laporan Phocuswright, pasar travel di tanah air masih memiliki banyak peluang, tapi ada permasalahan ekonomi makro yang bisa menghalangi pertumbuhan tersebut. Pendapatan nasional memang mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2013, namun itu merupakan pertumbuhan kecil setelah krisis finansial global di tahun 2008. Bagaimanapun, pada saat itu Indonesia tetap menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di Asia setelah China. Namun, dampak dari peningkatan pajak, dan harga pokok membuat minat masyarakat untuk travellingdi tahun ini kembali turun.
Traveloka 700

Campur tangan Samwer bersaudara

Traveloka telah memperoleh dua kali pendanaan sejauh ini. Pendanaan pertama yang tidak disebutkan jumlahnya berasal dari East Ventures 1 pada tahun 2012. Tahap kedua datang sekitar setahun kemudian saat Samwer bersaudara dari Rocket Internet memberikan investasi seri A ke Traveloka melalui Global Founder Capital (GFC).
Industri travel merupakan fokus utama GFC, dan Samwer bersaudara juga sempat memberi pendanaan ke situs agensi travel online TravelBird, situs pencarian tiket pesawat asal Brazil Voopter, dan Trivago, situs pencarian layanan hotel. Pada tahun 2013, Expedia membeli sebagian besar saham Trivago senilai USD632 (Rp8,2 triliun), sehingga membuat perusahaan tersebut memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1miliar (Rp13 triliun).
Rocket Internet tidak memiliki startup yang bergerak di ranah pemesanan hotel dan tiket pesawat di Indonesia. Tapi Traveloka muncul menjadi salah satu daftar portofolio perusahaan mereka, meskipun secara terpisah didanai oleh GFC. Hal ini dikarenakan Rocket Internet biasanya tidak berinvestasi di perusahaan baru yang masih berada dalam fase penjajakan.
Keterlibatan Samwer bersaudara di Traveloka menjadi signifikan karena hal ini adalah pertanda kuat bila Rocket Internet telah melewatkan sektor travel di Indonesia. Dengan memiliki saham di perusahaan tiket online yang paling menjanjikan se-tanah air, Rocket Internet sadar mereka bisa ikut bermain apabila waktunya sudah tepat. Jika saat itu tiba, Traveloka mungkin sudah menguasai pasar travel di Indonesia dan mereka bisa jadi mepertimbangkan untuk mengakuisisi perusahan tersebut.
GFC 700x400

Model e-commercesederhana dengan banyak permintaan dan tingkat transaksi tinggi

Penjualan tiket secara online merupakan salah satu model bisnis e-commerceyang elegan. Traveloka sangat menikmati struktur transaksi business-to-consumer (B2C), dimana rata-rata transaksi lebih dari USD50 (Rp650.000) dan tidak memerlukan saham atau menyimpan benda fisik apa pun. Karena inilah Traveloka bisa dengan mudah terbebas dari bahaya logistik yang menghantui industri e-commerce di Asia Tenggara. Tiket pesawat bukan lagi termasuk barang mewah, tapi menjadi medium yang mempermudah urusan bisnsi di era modern seperti sekarang.
Industri travel bisa diprediksi kapan sepi dan kapan ramai, yang berarti sang Founder tahu kapan waktu untuk bersantai atau bekerja keras, berkembang atau tetap ramping, meneruskan rencana atau memilih untuk pivot. Sebagaimana e-commerce terus menjadi ranah yang paling panas di tanah air, dan tentunya di Asia Tenggara, Traveloka berada di posisi yang tepat untuk terus mendapat keuntungan besar dan terhindar dari permasalahan yang dihadapi pemain e-commerce di ranah lainnya. Alasan inilah yang membuat Traveloka memiliki kesempatan kuat untuk menjadi startup Indonesia bernilai triliunan Rupiah selain Tokopedia.
(Diterjemahkan oleh Ketut Krisna Wijaya dan diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar dari Kurtis Garbutt)