SIAK, POTRETNEWS.com - Sebelum melakukan pengeboran di
Riau, Chevron Pasific Indonesia yang pada saat itu merupakan perusahaan
gabungan dari Standard Oil Company of California (Socal) dan Texas Oil
Company (Texaco) membentuk sebuah perusahaan patungan di daerah Sumatera
yang bernama NV Nederlandsche Pasific Petroleum Maatschappij (NPPM)
pada tahun 1924.Saat itu, Standard Oil Company of California (Socal)
melakukan penelitian di Sumatera Tengah dengan mengirimkan ahli
geologinya, Richard N Nelson. Pada tahun 1938, seorang ahli geologi
Amerika bernama Walter E Nygren ditugaskan mempelajari daerah di sekitar
Minas.
Enam buah jalan rintis yang sejajar, masing-masing
terpisah enam kilometer, dibuat dengan menembus hutan belantara lebat
Riau, jalan eksplorasi ini memanjang dari timur laut ke barat daya. Di
setiap dua ratus meter digali lubang sedalam enam meter untuk
mendapatkan contoh-contoh dari dasarnya.Tiga ribu buah lubang
semacam itu dibuat oleh Nygren dengan menggunakan gurdi yang diputar
dengan tangan. Nama Minas, mengambil nama sebuah perkampungan masyarakat
adat Sakai yang berdekatan dengan daerah survei pertama ini.
Setahun
setelah Nygren melakukan eksplorasi, pada tahun 1939, ahli geologi
lainnya yang bernama Richard H Hopper dikirim ke Minas untuk menguji
hasil perkiraan rombongan yang dipimpin Nygren. Pemetaan seismik di
Minas pada 1940 menunjukkan adanya suatu anticline.Anticline
merupakan lapisan batuan yang berbentuk cembung berukuran besar yang
tersusun dari lapisan lapisan batu. Anticline merupakan tempat ideal
bagi minyak berkumpul. James P. Fox, ahli geologi utama pada Kantor
Caltex di Medan, memilih suatu lokasi pada titik tertinggi pada peta
sebagai tempat untuk mengebor sumur percobaan No 1. Jika titik ini
berhasil dibor, diperkirakan produksi minyak per hari adalah dua ribu
barrel minyak.Sayangnya, sebelum sempat mengebor. Perang Dunia II
pecah dengan diserangnya Pearl Harbour oleh Jepang pada tanggal 7
Desember 1941. Disusul dengan pendaratan tentara Jepang di Malaya,
Filipina dan Indonesia. Tentara Jepang dengan cepat bergerak ke kawasan
Asia Tenggara. Karyawan-karyawan Chevron diperintahkan meninggalkan
Minas.GN de Laive, seorang sarjana Teknik Perminyakan yang ikut
ditangkap oleh Jepang, menceritakan kepada dua karyawan pengeboran yang
berasal dari Indonesia, Gedok dan Saadi, bahwa tentara Jepang telah
mengebor sumur Minas No 1 di tempat yang dipilih Chevron dengan
menggunakan peralatan dan beberapa orang bekas karyawan Chevron.Pengeboran
ini dipimpin oleh geologis yang berasal dari Jepang, dia bernama Toru
Oki, perusahaan tempat Oki berkerja adalah Japan Petroleum Exploration
Company (Japex). Percakapan antara Gedok dan Saadi terjadi saat dua
pegawai pengeboran ini mengunjungi GN de Laive di camp tawanan perang
pasifik Pekanbaru.Setelah Jepang kalah, Richard H Hopper meminta
bantuan dari teknisi Japex yang berhasil mengebor titik percobaan itu.
Hopper meminta Jepang untuk mengambil contoh inti batuan, contoh minyak
dari sumur Minas No 1,catatan mengenai sumur dan hasil percobaan
produksinya. Pada bulan September 1946 utusan Chevron berkunjung ke
Pekanbaru, mereka berkunjung ke sumur Minas 01.Pada tahun 1949,
terjadilah Konferensi Meja Bunda di Den Haag Belanda. Belanda mengakui
kedaulatan dari Negara Republik Indonesia. Sumur sumur yang tadi
dikuasai sepihak oleh Belanda saat agresi militer terjadi kembali kepada
para pemilik konsesi lahan. Konsesi lahan Chevron yang berada di Minas
kembali ketangan mereka. Pada tanggal 1 Desember 1949, pengeboran
pertama sumur Minas 01 dimulai.Pengeboran ini selesai pada
tanggal 8 Februari 1950 dengan kedalaman 2.650 kaki. Data dari pihak
Jepang, sesuai dengan kondisi yang didapatkan oleh pengeboran awal ini.
minyak yang keluar sesuai dengan asumsi data geologis yang ada. Sumur 01
ini menghasilkan 2.000 barrel minyak sehariPekerjaan selanjutnya
dari Chevron adalah membuat enam buah sumur baru di Minas. Proses
konstruksi pun dimulai, rumah-rumah permanen mulai dibangun Keluarga
mulai ikut pindah ke Minas dan Rumbai.Chevron mulai membangun
tangki-tangki penimbunan serta memasang jaringan pipa untuk mengalirkan
minyak melalui jaringan pipa dua belas inci sepanjang 25 kilometer
menuju Perawang. Walaupun Minas merupakan lapangan minyak ketiga yang
ditemukan di daerah Chevron di Sumatera, namun ia merupakan yang pertama
menghasilkan minyak untuk ekspor.Saat ekspor minyak pertama ini,
yaitu diawal tahun 1950, NPPM berubah nama menjadi Caltex Pacific Oil
Company (CPOC ), kemudian, sumur sumur minyak baru pun ditemukan di
Duri, Bengkalis, dan Petapahan. Nama Chevron kembali berubah pada
1960-an menjadi Caltex Pacific Company (CPC).Seiring semakin
banyaknya sumur minyak yang ditemukan di konsesi lahan operasi Chevron,
peta wilayah kerja pun dibuat. Peta daerah kerja ini disebut Kangaroo
Block,karena bentuk daerah kerja yang menyerupai kangguru.Di luar
Kangaroo Block, Chevron (yang pada dekade 1970-an mengubah kembali
namanya menjadi PT Caltex Pacific Indonesia/CPI) juga mengoperasikan
daerah Coastal Plains Pekanbaru Block (CPP Block) dan Mount Front
Kuantan Block (MFK Block).Setelah lapangan minyak Minas ditemukan
pada tahun 1944 dan mulai menghasilkan minyak pada 1952. Diperlukan
waktu 17 tahun untuk meraih pencapaian produksi 1 miliar barel di tahun
1969. Sumur produksi pertama dari Chevron di Indonesia sekarang menjadi
monumen sejarah perkembangan Industri Migas di Provinsi Riau.Sumur
ini berada di tepi jalan lintas Pekanbaru-Medan, empat kilometer dari
Kota Minas. Sumur 01 dengan pompa angguknya bermerek Lufkin, menjadi
saksi bisu dalam perkembangan perusahaan besar multi Nasional di Riau.Saat
pompa ini beroperasi, suara ”ngggung, nguuung” dari mesin penggerak
pompa akan terus terdengar selama dua puluh empat jam. Pompa yang dicat
hitam ini menjadi saksi bagaimana emas hitam yang berasal dari perut
Riau diekspor sebagai pendapatan negara.